Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

3.09.2016

Potongan Naskah

Kata Pengantar

Sejak ditemukan pertama kali oleh Louis Jacques Mande Daguerre di tahun 1830, hingga kini fotografi telah berkembang sedemikian pesatnya. Dahulu, ketika itu pemotretan dilakukan dengan pencahayaan yang memakan waktu hingga delapan jam lamanya. Dewasa ini, teknologi fotografi dalam kecepatan cacahan detik dan dengan kepekaan cahaya menjadi sangat bervariasi menggunakan kamera digital. Pada frame pertama dan kedua menggunakan ASA/ISO 100, berikutnya dengan ASA/ISO 1600, misalnya.

Beberapa hal yang tidak mungkin atau sulit dilakukan dimasa lampau, sekarang sangat mudah dilakukan. Mengubah bentuk wajah dan mengganti latar belakang dari hasil pemotretan sudah jamak dilakukan dan segudang manipulasi lainnya. Namun, hal manipulasi tersebut sangat dilarang dalam fotografi jurnalistik, fotografi jurnalistik menuntut si fotografer untuk berlaku jujur. Kalau pun ada manipulasi, hanya brightness, contras dan cropping saja yang diperbolehkan.

Sebagaimana perlu dipahami bahwa secara sederhana kamera analog dan digital hanya berbeda media perekam dan beberapa fitur lainnya. Sementara prinsip pemotretan, seperti pencahayaan, pemahaman tentang kombinasi exposure dan komposisi foto sesungguhnya sama sehingga pengaturan dalam pemotretan tidak jauh berbeda. 

Terkadang secara umum belajar fotografi hanya dianggap sebagai kegiatan merangkai kecepatan (Shutter/Speed) dan diafragma (Rana) menjadi pencahayaan (Exposure), mungkin ditambahkan sedikit pengaturan komposisi. Padahal, ada beberapa hal dasar yang sering kali diabaikan, bahkan tidak banyak dipahami. Misalnya, bagaimana sebuah logika angka diafragma muncul.

Akhirnya, selamat membangun intensitas, semoga langkah kecil dalam pembelajaran ini dapat turut berperan membuat kita semua lebih ‘melek' fotografi.



M. Ridwan Husaini

Alumni LPJA